Pengertian Penelitian Grounded Theory Beserta Metode Pengambilan Datanya

Metode penelitian grounded theory, sering kali digunakan untuk memperoleh teori baru. Penelitian tersebut biasanya dilakukan, ketika menghadapi suatu fenomena baru yang belum ada teorinya. Dengan begitu, dibutuhkan penelitian tersendiri untuk mengungkap fenomena tersebut.

Biasanya, grounded theory diterapkan dalam disiplin ilmu Sosiologi atau ilmu sosial lainnya. Namun, kini metode penelitian tersebut sudah bisa diterapkan pada beberapa disiplin ilmu yang berkaitan dengan fenomena baru. Namun proses dalam penelitiannya cukup sulit dilakukan, sehingga tidak digunakan dalam Strata 1.

Peneliti yang ingin menggunakan grounded theory dalam risetnya harus memahami betul mengenai metode tersebut. Pasalnya ada perbedaan yang mencolok antara grounded theory dengan metode penelitian lainnya.

Pengertian Grounded Theory

Berdasarkan artinya, grounded theory atau teori dasar adalah sebuah penelitian yang dalam pelaksanaannya menggunakan metode kuantitatif. Penelitian grounded theory bisa juga dikatakan suatu penelitian untuk bisa menemukan teori baru.

Penemu pertama kali dari metode ini adalah Barney G. Glaser bersama Anselm L. Strauss di tahun 1967. Grounded theory berbeda dengan metode penelitian kualitatif lainnya, karena lebih fokus untuk menemukan teori baru.

Biasanya penelitian tersebut dilakukan oleh pengambil gelar magister dan doktor. Pasalnya, grounded theory baru bisa diterapkan pada fenomena yang belum ada dasar teorinya sama sekali.

Umumnya, penelitian dilakukan untuk mengembangkan atau pengujian dari suatu teori yang sudah ada. Namun khusus untuk grounded theory, peneliti berusaha menemukan teori baru dari data yang diperoleh. Prosesnya diawali dari data yang memunculkan fakta kemudian dikembangkan menjadi konsep.

Peneliti yang menggunakan metode grounded theory, bisa dikatakan mencari data dalam keadaan kepala kosong. Pasalnya tidak ada teori yang bisa menjadi dasar dari penelitiannya tersebut. Meskipun ada, biasanya teori tersebut tidak bisa menjadi dasar dari penelitian dan hanya sebagai pendukung saja.

Ciri-Ciri Penelitian Menggunakan Metode Grounded Theory

Riset yang menggunakan grounded memiliki perbedaan yang mencolok dibandingkan penelitian lainnya. Pasalnya penelitian grounded theory memiliki ciri tersendiri yang membedakan dengan metode lainnya. Ciri-ciri utama dari penelitian menggunakan metode grounded theory yaitu:

Penelitian tersebut dibangun dari fenomena yang terjadi dan bukan dari teori yang ada.
Penyusunan teori dikerjakan dengan metode induktif.
Teori yang disusun memiliki kriteria fit, understanding, generality dan controll.
Para peneliti memiliki kemampuan dalam memaknai data yang diperoleh.
Prinsip Penelitian Menggunakan Metode Grounded Theory

Prinsip yang dianut grounded theory

Selain memiliki ciri-ciri khusus, grounded theory juga memiliki prinsip tersendiri dalam proses penelitiannya. Prinsip tersebut harus dipegang teguh, ketika melakukan penelitian menggunakan metode grounded theory. Adapun prinsip yang dianut grounded theory sebagai metode ilmiah adalah:

1. Perumusan masalah

Perumusan masalah pada grounded theory juga disusun di awal. Serta perumusan masalah diharuskan memiliki substansi yang jelas dan formulasinya berupa pertanyaan. Dalam penelitian menggunakan grounded theory, substansi dari rumusan masalah sendiri bersifat umum dan menggali fenomena yang terjadi secara meluas.

2. Deteksi Fenomena

Secara relatif, fenomena yang akan diuji tersebut harus bersifat relatif dan memiliki potensi untuk dijelaskan. Cakupan ontologism dari suatu fenomena bisa meliputi objek, keadaan, peristiwa dan proses terbentuknya. Lebih mudah lagi, jika peneliti memberikan peran sebagai objek khusus untuk fenomena tersebut.

3. Penurunan teori

Berdasarkan keterangan dari Strauss dan Glaser, kemunculan grounded teori berasal dari sumber data yang secara induktif sesuai dengan metode perbandingan. Secara tidak langsung, peneliti juga menguji teori yang sudah muncul sebelumnya secara langsung.

4. Pengembangan teori

Selama proses pengembangan teori dari grounded theory, peneliti tidak boleh hanya terpaku pada metode hypothetico deductive ortodoks. Pasalnya penelitian yang dilakukan masih belum bisa dijelaskan secara teoritis. Karena hal itulah selama proses, peneliti harus bisa membangun mekanisme dan tidak menolak adanya perspektif baru.

5. Penilaian teori

Proses penilaian dalam grounded theory, aliran empirisme yang lebih dominan yang ditunjukan dengan hipotetiko deduktif normal. Selanjutnya, teori tersebut dikira-kira kecukupan empirisnya dengan cara memastikan kerelevanan dari data yang diperoleh. Namun, Strauss dan Glaser tidak memberitahukan perhitungan yang tepat dalam penilaian.

6. Mengkonstruksi grounded theory

Sebenarnya, tidak ada pengaruh dari pragmatisme Amerika dalam metode grounded theory yang ditulis Strauss dan Glaser. Karena hal itulah dalam proses rekonstruksi nya tidak harus disusun dalam suatu laporan yang memiliki keakuratan tinggi.

Metode dan Proses Pengambilan Data Grounded Theory

Pengambilan data dalam penelitian grounded theory menggunakan metode observasi serta wawancara. Hasil yang diperoleh dari wawancara kemudian ditulis kembali sebagai data hasil penelitian. Begitu juga dengan hasil observasi yang dituliskan dalam bentuk laporan.

Selama proses pengambilan data, peneliti harus bisa membedakan antara data dan empiri. Pasalnya hanya empiri lah yang dianggap relevan dan diolah menjadi sebuah data. Sedangkan untuk pemilihan partisipan menggunakan theoretical sampling, agar teori yang terbentuk lebih baik.

Tahapan Penelitian dengan Grounded Theory

Total ada 4 tahapan yang harus dilakukan oleh para peneliti ketika menggunakan metode grounded theory. Tahapan demi tahapan itu harus dilakukan secara berurutan agar hasil yang diperoleh maksimal. Berikut tahapan yang harus dilalui ketika menggunakan metode grounded theory, diantaranya:

1. Tahap Pengkodean

Tahapan pertama yang harus dilakukan adalah pengkodean atau yang sering disebut dengan open coding. Tujuan utama dari tahapan ini yaitu untuk proses identifikasi kata kunci yang ditemukan di data yang diperoleh. Dengan begitu, data tersebut bisa olah dan kemudian di analisis.

2. Tahap Pembentukan Konsep

Dikenal dengan axial coding, tahapan pembentukan konsep ini dilakukan ketika kata kunci sudah diidentifikasi. Tujuan utamanya yaitu menemukan data yang memiliki kesamaan dalam isi. Dengan begitu, data tersebut bisa dikelompokkan berdasarkan kategori yang saling berhubungan dengan kategori lainnya.

3. Tahap Kategorisasi

Tahap ketiga ini, cukup penting dan harus dilakukan dengan penuh ketelitian. Selective coding atau tahap kategorisasi dilakukan untuk memilah-milah data yang telah dikelompokan untuk diambil data pentingnya. Peneliti harus benar-benar selektif, karena data tersebut akan digunakan untuk menyusun teori.

4. Tahap Pembentukan Teori

Terakhir, data yang telah dipilih akan digunakan untuk membentuk teori baru yang disebut dengan tahap theoretical note. Teori tersebut, harus menjelaskan fenomena yang dibahas termasuk penyebab dan akibatnya. Nantinya teori yang telah disusun juga harus dikuatkan dengan literatur-literatur yang sudah ada

Dewasa ini, penelitian grounded theory memiliki perkembangan yang begitu pesat terutama dalam dunia pendidikan. Teori-teori baru yang bermunculan selama ini merupakan hasil dari penelitian menggunakan metode grounded theory.

Hasil tersebut tentunya tidak luput dari peran para peneliti yang telah berjuang memperoleh data selama ini. Metode grounded theory kini sudah bisa digunakan oleh berbagai disiplin ilmu untuk memecahkan fenomena tertentu.

Namun sebenarnya penelitian menggunakan grounded theory cukup sulit dilakukan. Para peneliti harus benar-benar ahli dalam mengambil data dan mengembangkannya menjadi teori baru.