Sebuah resiko atau bahaya dalam suatu proyek pekerjaan apapun itu jenisnya sudah dipastikan juga diperlukan adanya sebuah pengendalian yang efektif. Begitu juga dengan 5 hierarki pengendalian resiko/bahaya K3 yang hingga kini selalu menjadi pedoman inti dari segala pembelajaran keselamatan kerja.
Resiko ini biasanya sudah dapat diidentifikasi lebih dulu oleh para tim penganalisa berupa sebuah angka hasil dari tingkat yang diperoleh. Hasil tersebutlah yang nantinya akan dilakukan sebuah pengendalian untuk menurunkan angka dari tingkat resiko yang ada seperti hierarki berikut ini.
Daftar isi
1. Eliminasi
Jika mendengar sebuah kata eliminasi mungkin pembaca tidak akan asing lagi dalam sebuah proses pengendalian tingkat penurunan seperti ini. Karena yang dimaksud dari eliminasi yaitu dengan melakukan eliminasi dari sumber bahaya yang pastinya sudah didapatkan dari penelitian sebelumnya.
Sebuah tim keselamatan kerja dalam proyek pekerjaan sudah pasti akan juga melakukan sebuah analisis terkait sumber penyebab dari resiko. Dari setiap bahaya yang diketahui maka harus mendapatkan solusi sehingga sumber bahaya tersebut kemudian dapat dieliminasi atau dihilangkan keberadaannya.
2. Subtitusi
5 hierarki pengendalian resiko/bahaya K3 juga termasuk substitusi di dalamnya dimana substitusi sendiri merupakan penambah kurangan sebuah komponen kerja. Substitusi diandalkan jika pengguna sudah mengetahui secara garis besar keseluruhan dari metode tersebut hingga ke paling dasar sebelumnya.
Contoh dari salah satu penggunaan hierarki ini adalah dengan penggantian bahan, dari sebelumnya menggunakan bahan besar resiko menjadi minim resiko. Penurunan kekuatan dari sebuah tegangan juga dapat digunakan karena biasanya sangat berhubungan dengan besaran listrik yang disalurkan.
3. Perancangan
Sistem pengendalian yang satu ini biasa disebut sebagai kontrol teknik dan sepertinya menjadi yang paling rumit diantara yang lainnya. Karena dari resiko yang telah diperkirakan dan diidentifikasi sebelumnya maka para tim harus membuat atau merancang suatu unit untuk mengatasinya.
Dikatakan sebagai perancangan atau kontrol teknik ini karena biasanya akan sangat berhubungan dengan jalannya sebuah permesinan dalam proyek. Tidak hanya berupa unit jadi saja, namun perancangan ini juga meliputi sebuah sistem dalam layanan sebuah software yang dapat digunakan.
4. Kontrol Administrasi
Jenis kontrol dalam pengendalian ini bisa dikatakan dibuat untuk dijadikan sebuah pengingat para pekerja terkait kekurangan dari proyek berjalan tersebut. Seperti pada namanya maka pengendalian ini hanya berbasis pada jenis tulisan saja seperti rambu perintah atau yang lainnya.
Contoh jika pekerjaan tersebut terdapat tiang listrik berkekuatan tinggi, maka harus ada rambu yang menyatakan untuk tidak mendekati benda tersebut. Beberapa poin dari prosedur keselamatan bagi para pekerja juga harus tersebar di seluruh penjuru proyek yang terlihat oleh tangkapan mata.
5. APD
Meskipun menjadi proteksi paling kecil dari keempat hierarki lainnya namun alat pelindung diri atau APD ini tetap saja menjadi yang dibutuhkan. APD ini akan pada dasarnya akan disediakan bahkan sejak awal dari proyek tersebut berjalan hanya saja kesadaran pekerja sangat minim.
Padahal sejatinya ketersediaan APD ini juga sudah mengurangi anggaran masuk yang diterima dari proyek tersebut untuk memfasilitasi keselamatan para pekerjanya. APD yang paling umum disediakan biasanya adalah helm proyek, sarung tangan, dan juga kacamata safety khusus.
Demikian penjelasan terkait 5 hierarki pengendalian resiko/bahaya K3 yang hingga kini terus dijadikan landasan dari penelitian sebuah tingkat bahaya. Pastikan jika lima asas tersebut tidak tertinggal satupun agar hasil akhir dari tingkat resiko dapat menurun dari hasil identifikasi sebelumnya.